Pages

Subscribe:

09 Mei 2010

Tiga Tanggungjawab Pendidik dan Lima Bahasa Cinta

Setiap guru dan orang tua adalah pendidik bagi murid dan anak-anaknya. Menjadi pendidik yang baik mesti mengetahui kebutuhan anak-anak dan mengetahui bahasa cinta yang diperlukan anak. Apa saja itu?

Menurut pakar pendidikan dan parenting Mohammad Fauzil Adhim setiap anak memiliki tiga kebutuhan utama yakni pertama, capable yakni merasa memiliki kemampuan (kapasitas). Dalam hal ini tugas pendidik untuk menjadikan anak merasa memiliki kapasitas tersebut dan memberi apresiasi atas kapasitas tersebut. Kedua, connect, yakni menjadikan anak mampu menjalin hubungan baik antar sesama teman maupun guru dan komunitasnya.
''Guru harus membantu anak memiliki teman akrab di kelas. Kalau teman akrabnya di luar kelas, ia akan bermasalah di kelas karena selalu ingin cepat-cepat istirahat,'' Fauzil dalam kuliah bagi para guru-guru sekolah Bintang Cendekia Pekanbaru, Jumat (7/5) siang.
Ketiga, contribute, yakni menjadikan anak memiliki peran dan sumbangsih yang jelas. Karena bisa jadi struktur organisasi anak di kelas V a berbeda dengan anak kelas V b. ''Sebab setiap anak di masing-masing kelas memiliki peran berbeda,'' tambah alumnus Universitas Gadjah Mada itu.
Untuk menakar apakah seorang pendidik disukai oleh anaknya adalah apakah ketika anak itu bertemu dengannya merasa nyaman atau tidak.
Untuk itu, menambahkan setiap guru, orang tua atau pasangan hidup mesti memahamami lima bahasa cinta. Yakni, pertama, pujian yang tulus.
Pujian bisa terhadap hasil maupun usaha yang dilakukan. Misalnya, ''mesti nilai kamu rendah, tapi ibu salut dengan usaha kamu menjadi seorang pembelajar''. Jadi, anak merasa terpuji dan yang diingatnya ia sebagai seorang pembelajar yang baik.
Bahasa cinta kedua, adalah dengan sentuhan, misalnya dengan menyentuh pundak atau zona nyaman lainnya. Ketiga pelayanan. Misalnya ketika anak sibuk belajar menghadapi ujian. Lalu ibu menawarkan untuk dibuatkan minuman.
Bahasa cinta keempat adalah memberi hadiah. Hadiah ini merupakan kesempatan untuk memberi perhatian (moment of attention) bukan hadiah sebagai imbalan.
Fauzil mencontohkan, saat ia pulang dari berpergian ia selalu membeli untuk isterinya hadiah dan berkata. ''Ini sengaja aku belikan untuk kamu.'' Kata-kata inilah yang memberi kesan membekas. ''Sengaja aku belikan untuk kamu.''
Bahasa cinta kelima adalah menyengajakan ada waktu yang berkualitas (a quality of time). Misalnya seorang guru sengaja datang ke rumah muridnya, bercengkrama dan memberi perhatian.
Menurut Fauzil, jika bahasa cinta ini diterapkan maka rasa nyaman akan terbangun baik antara guru dan murid, orang tua dan anak serta suami dan isteri.
Selanjutnya, hari ini (Sabtu, 8/5) Fauzil Adhim akan menjadi pembicara pada seminar parenting di Gedung Wanita Jalan Diponegoro Pekanbaru. Seminar ini diselenggarakan atas kerja sama Rumah Sakit Zainab, Hidayatullah, Perempuan Riau Bangkit Foundation dan Tim PKK Riau.***Source: Riaupos.com

0 komentar:

Posting Komentar