Pages

Subscribe:

21 Oktober 2011

Fakta: Kekayaan Budaya dan Kelimpahan Pendidikan tak Menjamin Kemakmuran

fakta: kekayaan budaya dan kelimpahan pendidikan tak menjamin kemakmuran.

Budaya indonesia memang menarik untuk dipelajari, tak terkecuali Australia, salah satu negara tetangga yang termasuk jajaran negara maju memudahkan para penuntut ilmu disana untuk belajar berbagai macam budaya budaya Negara Indonesia. Satu hal yang menarik, latar budaya budaya Indonesia telah ditetapkan sebagai salah satu kurikulum di Negara kangguru ini.

“Penerapan metode pendidikan Indonesia yang tidak spesifik dan menuntut tiap pelajar untuk menguasai seluruh mata pelajaran tanpa mempertimbangkan perbedaan kemampuan inteligensi tiap pelajar hanya akan membuat mereka tertekan dan terpuruk dalam kegagalan jika merasa tidak mampu.”

Namun terlepas dari itu semua, masyarakat Indonesia perlu menyadari pentingnya menghadapi sebuah kenyataan bahwa memiliki pendidikan Indonesia. budaya yang melimpah dan memukau tidak bisa menjadi dasar mutlak keberhasilan suatu Negara untuk mencapai kemakmuran. Sejarah peradaban telah membuktikan bahwa kemakmuran tidak akan pernah tercapai dengan hanya mengandalkan kebanggaan ras, kekayaan budaya, persediaan SDA yang melimpah dan kecerdasan SDM.

Hal paling utama yang dibutuhkan suatu Negara untuk mencapai kemakmuran adalah pendidikan Indonesia dengan integritas, disiplin, kerja keras, taat hukum, pengakuan hak asasi, dan semangat untuk mencapai keberhasilan secara kontinyu. Mari kita lirik Negara Jepang, apakah mereka memiliki kekayaan budaya? Apakah mereka memiliki kekayaan alam yang melimpah? Jawaban dari pertanyaan ini sanggup memberikan kita wawasan bahwa tidak harus memiliki kekayaan SDA yang melimpah untuk menggapai kemakmuran. Bahkan, keadaan geografis pulau Jepang yang tak strategis membuatnya sering ditempa bencana, namun itu bukan faktor segala-segalanya untuk menghambat kemajuan jepang. Suatu hal yang patut diacungi jempol.

Indonesia memiliki kekayaan budaya sekaligus kekayaan sumber daya alam yang potensial, bahkan beberapa putra bangsa telah memenangkan medali dunia atas kecerdasan mereka yang diatas rata-rata. Namun, mengapa Indonesia masih terpuruk dalam kemiskinan? Adakah yang salah dengan ini semua? Atas ini semua, satu hal yang paling disalahkan adalah metode pendidikan kita, dan bukan masalah budaya.

Pemerintah Indonesia telah menerapkan berbagai macam metode dan budaya pendidikan untuk mencetak generasi Indonesia yang unggul, namun kita terjebak dengan metode pendidikan warisan kolonial yang disusun secara formal dengan mengedepankan penguasaan kompetensi akademis yang bersifat kognitif dan sempit. Pelajar diajarkan untuk meraih nilai bagus dalam kompetensi akademik yang sempit tanpa memperdulikan pentingnya mempraktekkan ilmu dalam lingkungan nyata.

Pelajar terjebak dalam suatu mindset salah tentang akademik. Jika mereka ingin berhasil, maka mereka harus berhasil dalam kompetensi akademik tertentu seperti Matematika, Fisika, Kimia, dan kompetensi eksak yang lain. Pelajaran yang memiliki kemampuan tinggi dalam ilmu eksak akan merasa diuntungkan dalam kasus ini, karena mereka memiliki otak yang dengan mudah bekerjasama dengan hal-hal yang berbau logika dan perhitungan (ilmu eksak). Bagaimana dengan pelajar yang memilili kemampuan sosial dan bahasa dalam pendidikan Indonesia? Tentu mereka memiliki inteligensi yang tidak sama dengan pelajar dengan kemampuan eksak yang tinggi.

Penerapan metode pendidikan Indonesia yang tidak spesifik dan menuntut tiap pelajar untuk menguasai seluruh mata pelajaran tanpa mempertimbangkan perbedaan kemampuan inteligensi tiap pelajar hanya akan membuat mereka tertekan dan terpuruk dalam kegagalan jika merasa tidak mampu. Reformasi besar-besaran dalam system dan budaya pendidikan Indonesia akan mampu membawa ke arah yang lebih baik.

Dan kapankah reformasi itu?

Indahnya dunia ketika kita dapat saling berbagi.

Source:www.inoputro.com

0 komentar:

Posting Komentar