Pages

Subscribe:

02 Juni 2011

UN Riau 99,57 Persen

Kelulusan Ujian Nasional (UN) SMP sederajat di Riau di atas rata-rata Nasional. Rata-rata kelulusan Nasional 99,40 persen, sementara Riau 99,57 persen.

Kelulusan tahun ini juga meningkat dibanding tahun lalu, 92,75 persen.

Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Riau, HM Wardan, Rabu (1/6) malam di sela rapat pengumuman kelulusan UN di Disdik Riau, secara umum, dari 88.489 siswa ada 382 yang gagal.

‘’Peringkat secara umum untuk UN murni Riau ada di urutan ke-12. Tak beda dibanding tahun lalu. Hanya secara kumulatif rata-rata kelulusan meningkat dibanding tahun sebelumnya,’’ terang Wardan.

Perbandingan kelulusan UN SMP di Riau sangat kentara. Pada tahun ajaran 2008/2009 kelulusan UN SMP 94,83 persen, menurun tahun ajaran 2009/2010 94,75 persen.

Meski meningkat, kenaikan peringkat kelulusan UN SMP tahun 2010 dan 2011 tetap sama.

Pasalnya, berdasar data Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) hampir seluruh provinsi meningkat dibanding tahun lalu. Ini bukti siswa SMP lebih mempersiapkan diri menghadapi UN.

Meski sudah dapat angka kelulusan, Wardan masih belum menerima secara rinci jumlah rata-rata kelulusan UN per kabupaten/kota.

Berdasar keputusan Kemendiknas, pengumuman baru akan dilaksanakan Sabtu (4/6) mendatang pukul 14.00 WIB.

Hanya secara umum, Wardan sudah menyerahkan berkas pengumuman UN pada Kepala Dinas Kabupaten/Kota di Riau malam tadi.

‘’Angka kabupaten/kota akan diketahui setelah pengumuman dilaksanakan 4 Juni mendatang. Yang jelas, kelulusan UN itu hasil penjumlahan nilai UN dan US serta pengumuman dilakukan sekolah,’’ terangnya.

20.234 Tak Lulus
Panitia pusat UN 2011 sudah menyelesaikan pendataan hasil ujian tingkat SMP dan sederajat. Hasilnya, 20.234 siswa dari 3.660.803 peserta UN dinyatakan tak lulus. Mata pelajaran bahasa Indonesia masih jadi momok peserta ujian.

Dalam paparannya di Jakarta kemarin (1/6), Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh merinci hasil perhitungan nilai UN SMP dan sederajat. Dia menanggapi baik hasil tahun ini karena persentase kelulusan siswa meningkat.

UN SMP dan sederajat tahun ini, diiikuti 3.660.803 siswa dari 45.551 sekolah. Setelah menggabungkan nilai UN dan ujian akhir sekolah (UAS), dengan komposisi 60:40, dinyatakan 20.234 siswa atau 0,55 persen siswa tak lulus.

Sebagai perbandingan, pada UN 2010 tercatat 350.798 siswa (9,73 persen) dari total peserta 3.254.365 yang tak lulus UN utama.

Saat itu, UN masih diterapkan dengan menggunakan ujian ulangan bagi yang tak lulus ujian utama.

Nuh juga mengomentari beberapa provinsi dengan angka ketidaklulusan tinggi berdasar nilai Unas murni. Yaitu yang tak ditambah dengan nilai UAS. Di antara yang disorot adalah Provinsi DIY. Di provinsi ini, angka ketidaklulusan jika dihitung hanya dari nilai UN mencapai 25,44 persen dari total peserta 48.662 siswa.

Prestasi buruk DIY dalam aspek kelulusan itu, menempatkan mereka di rangking dua setelah Provinsi Bangka Belitung.

Di provinsi ini, jumlah siswa yang tak lulus berdasar nilai UN-nya saja mencapai 40,4 persen dengan total peserta 15.341.

‘’Semua daerah dengan tingkat kelulusan terendah akan kami evaluasi,’’ kata Nuh.

Selanjutnya itu jadi bahan pertimbangan untuk pemberian bantuan pembenahan kualitas pendidikan.

Tahun ini, Kemendiknas mencucurkan bantuan Rp1 miliar pada seratus kabupaten/kota dengan angka kelulusan terendah. Penetapan bantuan ini juga mengacu pada tingkat ekonomi setempat.

Nuh juga membeber daerah-daerah yang kedapatan muncul angka kelulusan nol persen dalam satu satuan pendidikan atau sekolah. Tapi, kali ini mantan rektor ITS itu tak menyebut nama sekolah. Ia hanya menyebut kabupaten/kota. Terdapat 12 sekolah yang kelulusannya nol persen, dengan jumlah total 91 siswa.

Di antaranya adalah Sumenep dan Bojonegoro masing-masing satu sekolah yang kelulusannya nol persen dengan jumlah total 15 siswa. Di Kebumen dan Kendal masing-masing juga satu sekolah dengan jumlah total 12 siswa. Di Temanggung, ada tiga sekolah yang kelulusannya nol persen dengan total siswa 21.

Dirjen Pendidikan Dasar (Dikdas) Kemendiknas Suyanto mengatakan, muncul beberapa opsi untuk mengatasi sekolah dengan angka kelulusan nol persen. Di antara yang utama adalah menggabungkan. Rata-rata sekolah yang kelulusannya nol persen itu memiliki jumlah siswa yang kecil. Proses belajar seperti itu tak efektif. ‘’Seluruh siswa bisa jadi takut ditunjuk selama belajar berlangsung,’’ katanya. Penggabungan dinilai jadi solusi terbaik.

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemendiknas Mansyur Ramly menjelaskan mata pelajaran bahasa Indonesia masih jadi momok. Pria yang juga jadi anggota panitia pusat UN 2011 itu menjelaskan, penentuan bahasa Indonesia sebagai pelajaran tersulit bisa dipantau dari hasil UN murni.

Catatan panitia pusat menyebutkan, rata-rata nilai bahasa Indonesia dalam UN tingkat SMP dan sederajat 7,12. Dengan nilai terendah 0,40, atau hanya benar dua butir soal, dan nilai tertinggi 10,00. Sedang rata-rata bahasa Inggris 7,52, matematika 7,30, dan IPA 7,41.

Mansyur mengatakan, dua tahun terakhir bahasa Indonesia memiliki nilai rata-rata terendah dibanding mata pelajaran lainnya. Pemicunya, siswa belum terbiasa membaca.

Hampir seluruh soal bahasa Indonesia diawali dengan bahan bacaan. Kelemahan kemampuan membaca itu, berpotensi siswa terkecoh saat menentukan pilihan jawaban.

‘’Pilihan jawaban bahasa Indonesia hampir mirip,’’ tuturnya.(eko/wan/jpnn)

Source:http://riaupos.co.id

0 komentar:

Posting Komentar