Pages

Subscribe:

03 Juni 2010

Kita Bodoh atau Yahudi Pandai? Oleh Tabrani Rab

TAK ada yang perlu disesalkan dan tak ada pula yang perlu ditangisi. Apa kata Santi, mantan wartawan The Jakarta Post dalam surat elektroniknya? Santi Soekanto adalah salah satu dari 12 WNI di kapal Mavi Marmara yang diserbu Israel.

Sebelum penyerbuan itu, Santi sempat mengirimkan surat elektronik yang sangat menyentuh. Surat jurnalis Hidayatullah ini bertajuk Gaza Tidak Membutuhkanmu! yang dikirim pada Ahad (30/5/2010) atau sehari sebelum serangan Israel. Surat ini dibuat di atas kapal Mavi Marmara saat masih berada di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.
Saat itu, Santi dan anggota tim Freedom Flotilla lain tengah menunggu kedatangan tim lain untuk sama-sama berangkat ke Gaza. Namun kabar akan serangan Israel sudah beredar. “Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran,” kata Santi dalam pembukaan suratnya.
Santi berbagi pengalamannya bertemu dengan ratusan orang dengan berbagai latar belakang. Masing-masing dengan gayanya sendiri. Ada anak buah politisi Inggris yang petantang-petenteng, sampai aktivis perempuan muslimah yang pendiam, namun cekatan untuk memastikan semua rombongan bisa makan tepat waktu. Berikut penggalan surat Santi untuk temannya Tommy Satryatomo yang kemudian dipasang di blognya:
“Gaza Tidak Membutuhkanmu! Di atas M/S Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza. Sudah lebih dari 24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan, terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah Freedom Flotilla menuju Gaza.
Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara berita berbagai ancaman Israel berseliweran. Ada banyak cara untuk melewatkan waktu banyak di antara kami yang membaca Alquran, berzikir atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah.
Beyza Akturk dari Turki mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta muslimah Turki. Senan Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadits, Dr Usama Al-Kandari, untuk memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa para peserta akan mendapat sertifikat. Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya menjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta’ala.
Dari waktu ke waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidak membutuhkan aku. Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku. Masjidil Aqsha milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gaza hanya butuh Allah. Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguh mudah bagi-Nya untuk saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha.
Membebaskan Gaza dan seluruh Palestina. Akulah yang butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftar hamba-hamba-Nya yang bergerak, betapa pun sedikitnya menolong agama-Nya. Menolong membebaskan Al-Quds.
Sungguh mudah men-jeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha. Bir ruh bid dam, nafdika ya Gaza! Namun sungguh sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.”
Padahal dalam kisah ini dinyatakan benar sebelum menyerbu Israel pamer senjata. Dzikrullah bersama istri dan 10 relawan Indonesia turut dalam konvoi Fredom Frotilla (armada kebebasan) untuk misi kemanusiaan bagi rakyat Palestina. Dzikrullah adalah relawan dari Sahabat Al Aqsha yang mengirim tiga wakil, dua di antaranya Surya Fahrizal (jurnalis Hidayatullah) dan Santi Soekanto (istri Dzikrullah).
Saat perbincangan lewat internet menjelang subuh itu, Dzikrullah mengungkapkan kapal-kapal Israel sudah berada di sisi kanan dan kiri Mavi Marmara. “Mereka pamer-pamer senjata. Satu helikopter terbang di atas kapal,” ujar Amirul.
Ketika tentara Israel memberikan peringatan lewat pengeras suara meminta agar kapal yang ditumpangi Dzikrullah bersama 500 lebih relawan dari 30 negara, berhenti dan berbalik arah. “Mas Dzikrullah masih sempat bercerita lucu di detik-detik menjelang penyerbuan berdarah itu,” urainya. Selepas Salat Subuh itu komunikasi terputus hingga kini. “Saya masih belum tahu nasib kakak dan isterinya, Mbak Santi,” katanya.
Bagaimana dengan demonstran Amerika dan Israel ini dalam US-Israel The Real Terrorist? Israel benar-benar terpojok dalam aksi brutalnya kali ini. Kecuali pemerintah Amerika Serikat yang tetap menjadi pembela abadinya negara Zionis, seluruh negara di dunia baik rakyat maupun sikap resmi negara mengutuk aksi brutal ini.
Australia, sekutu AS dan Israel mengusir diplomat Israel. Sikap resmi negara-negara di Eropa sama yakni mengutuk keras dan meminta segera dibentuk investigasi independen. Rakyat Amerika menggelar aksi besar-besaran dan menulis “AS-Israel Teroris” sejati, boikot Israel atau tak ada kebanggaan menjadi bagian dari Israel.
Berikut reaksi seluruh dunia; Badan Dunia, Sekretaris Jenderal PBB memerintahkan investigasi menyeluruh atas aksi brutal ini. Eropa, Presiden Uni Eropa Jersy Buzek menyebut aksi itu sebagai sebuah serangan yang tak bisa dibenarkan dan tak dibenarkan secara hukum. Liga Arab, menggelar pertemuan darurat dan menyebut serangan itu adalah aksi teroris.
Sekjen Liga Arab mengeluarkan pernyataan “Kami mengutuk keras kejahatan ini, melawan sebuah misi kemanusiaan. Mereka sedang tidak dalam misi militer.” Asia Pasifik dan negara lain seperti di Australia PM Kevin Rudd menyatakan sangat prihatin dan mengusir sejumlah diplomat Israel, di Cina Kemenlu menyatakan mengutuk keras aksi biadab dan meminta PBB secara serius membuka blockade Gaza.
Muka kita memang pucat. Saya mengikuti pendudukan Israel dengan sepenuh hati menyatakan kepada Israel akan menyelesaikan masalahnya. Mula-mula ditayangkan 15 warga negara Indonesia habis meninggal dari kapal Mavi Marmara. Pada pukul 4 subuh dilaporkan yang meninggal hanya 3 orang. Pada subuhnya dilaporkan meninggal 1 orang. Keesokannya semuanya hidup kecuali 1 orang luka-luka.
SBY sama dengan Amerika Serikat tidak memberikan komentar apapun walaupun seluruh dunia telah menyambut berita ini. Lama-lama dalam hati kecil saya betul juga SBY, jangan-jangan betul juga Amerika, asal jangan-jangan betul-betul Yahudi.***
Prof dr Tabrani Rab, Rektor Rab University. Source: Riaupos.com

1 komentar:

Media Tulis mengatakan...

Begitulah kenyataannya.....Salam kenal.....

Posting Komentar