Perokok berat yang tingkat ketergantungannya tinggi memerlukan bantuan obat untuk berhenti. Salah satu obat yang ditawarkan adalah varenicline, obat non-nikotin pertama untuk berhenti merokok.
"Kalau ketergantungan berat, langsung kita tawarkan obat, tapi kalau ringan, motivasi atau konseling lainnya," ujar dokter spesialis kedokteran jiwa, Tribowo T Ginting dalam kampanye "Breeak Free, Semangat Bebaskan Diri Dari Jeratan Adiksi Nikotin", di Jakarta, Rabu (26/5/2010).
Varenicline bekerja pada reseptor nikotin di otak dengan menurunkan gejala craving atau ketagihan dan mengurangi rasa nikmat yang timbul dari merokok. "Untuk masalah pleasure (kesenangan), emang nikotin akan merilis dopamin,mempengaruhi endofrin yang menyebabkan rasa senang. Saat diberikan varenicline, dia (varenicline) akan memblok reseptor untuk menekan rasa nikmatnya kalau di alfa empat-nya. Kalau di beta dua, akan menekan ketagihan," kata dr. Bowo
Dengan mengonsumsi varenicline, pasien enggan merokok dan merasa bahwa rokok tidak nikmat lagi. Menurut studi di Amerika Serikat yang disampaikan dokter spesialis jantung Aulia Sani, varenicline empat kali lebih efektif membantu pasien berhenti merokok dibandingkan tanpa obat.
Studi di Korea dan Taiwan menunjukkan, 59,5 persen subyek yang diterapi dengan varenicline berhenti merokok pada empat minggu terakhir terapi dan 46,8 persen lainnya tetap tidak merokok pada 12 minggu post (setelah) terapi.
Aulia juga menambahkan, berdasarkan uji klinik, secara umum varenicline aman dan dapat ditoleransi. Efek sampingnya paling umum adalah mual, insomnia, mimpi yang tidak norma, dan sakit kepala.
"Sekarang veranicline masih obat dengan resep dokter. Tidak menimbulkan ketergantungan, tapi kita juga harus hati-hati penggunaannya," ujar dr Aulia usai acara.
Source: id.news.yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar